Selasa, 15 November 2011

Home Success Story Markis Kido/hendra Setiawan



Nama Markis Kido/Hendra Setiawan kian melambung di dunia olahraga bulutangkis. Segudang prestasi berhasil mereka torehkan di lapangan. Gelar juara dunia telah diraih mereka di Kuala Lumpur, Malaysia 2007. Selain menjadi juara dunia, pasangan ganda putra peringkat satu dunia ini berhasil meneruskan tradisi emas bagi Indonesia di ajang Olimpiade Beijing 2008. Prestasi Kido/Hendra kian gemilang di tahun 2008 dengan menciptakan hattrick menjadi juara di tiga turnamen super series, yakni di China Terbuka Super Series, Denmark Terbuka Super Series, dan Perancis Terbuka Super Series.

Menjadi juara dunia dan bahkan meraih emas olimpiade bukanlah hal mudah yang didapat begitu saja. Dua gelar bergengsi ini bisa diraih oleh pasangan yang masing-masing berusia 24 tahun ini berkat perjuangan dan latihan keras yang dilakukan sejak kecil.

Untuk mengasah teknik bermain, Hendra harus menempuh jarak yang cukup jauh. Setiap hari ia dibonceng naik motor oleh ayahnya, Ferry Yoegianto menuju klub Sinar Mutiara Tegal. Kemudian pada tahun 1997, Hendra hijrah berlatih ke klub Jaya Raya, Jakarta. Di klub inilah Hendra bertemu dengan Kido dan mulai sering berpasangan dalam beberapa pertandingan tingkat taruna.

Pada tahun 2001, Kido yang merupakan pemain kelahiran Jakarta, 11 Agustus 1984 terlebih dahulu bergabung dengan Pelatnas PBSI. Barulah satu tahun kemudian, Hendra yang bergabung di sana. Awalnya Kido sebagai pemain tunggal dan Hendra sempat berpasangan dengan Joko Riyadi. Barulah pada tahun 2003, Kido dan Hendra digabungkan untuk memperkuat ganda putra. Prestasi mereka mulai terlihat dengan menjadi juara Asia dan Indonesia Terbuka pada tahun 2005.  

Setelah menjadi juara dunia pada tahun 2007, kepercayaan diri mereka kian meningkat. Mereka pun ditergetkan untuk meneruskan tradisi emas di Olimpiade Beijing 2008. Hendra bertempur dengan raket yang sama dengan yang ia gunakan pada saat menjadi juara dunia. Jejak Ricky Subagdja/Rexy Mainaky (Olimpiade Atlanta 1996) dan Chandra Wijaya/ Tony Gunawan (Olimpiade Sidney 2000) berhasil diikutinya di ajang Olimpiade Beijing 2008. Di partai final, Kido/Hendra berhasil menundukkan pasangan kuat asal China Cai Yun/Fu Haifeng dengan pertarungan sengit tiga set 12-21, 21-11, dan 21-16.

Kido dan Hendra memiliki karakter yang jauh berbeda. Kido lebih sering tampil dengan penuh semangat dan meledak-ledak di lapangan sedangkan Hendra yang merupakan pria kelahiran Jawa Tengah, 24 Agustus 1984 bermain lebih santai dan jarang sekali mengumbar emosi. Dalam permainan, Hendra lebih sering berlaku sebagai pemain depan sedangkan Kido dipercaya menjadi pemain belakang. Sama-sama memiliki karakter menyerang menjadikan mereka pasangan yang solid.

Gelar juara dunia dan olimpiade telah diraih, namun mereka tidak akan berhenti berjuang mengharumkan nama bangsa sampai di sini saja. Mereka masih mempunyai impian untuk menjadi juara All England dan Asian Games. Mereka pun masih memasang target untuk mempertahankan medali emas di Olimpiade London 2012. Kini, jejak Kido telah diikuti oleh adik-adiknya Bona Septano (ganda putra) dan Pia Zebadiah (tunggal putri) yang belum lama bergabung dengan pelatnas PBSI.

Ukiran prestasi yang mengharumkan dari pebulutangkis Markis Kido dan Hendra Setiawan bukanlah diperoleh dengan mudah. Berlatih keras dan terus berjuang untuk menjadi yang terbaik telah menobatkan mereka sebagai pemain ganda putra nomor satu dunia saat ini. Gelar juara dunia dan emas olimpiade telah diraihnya, namun prestasi tersebut tidak membuat mereka berpuas diri. Hal tersebut justru makin memacu mereka untuk terus mengukir prestasi memberikan yang terbaik bagi bulutangkis Indonesia. Memang, sebuah perjuangan tak mengenal batas jika diyakini tekad kuat dan kerja keras. Sungguh, sebuah gambaran pejuang sejati yang bisa diteladani. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar